Obat tekanan darah: solusi untuk mengurangi serangan jantung?

Bisakah obat tekanan darah menjadi solusi yang baik untuk mengurangi penyakit kardiovaskular? Henti jantung dan stroke adalah penyebab utama kematian di seluruh dunia. Di bawah ini, studi terbesar dan paling detail yang pernah dilakukan untuk memeriksa obat baru ini dan kemanjurannya.

Profesor Kazem Rahimi dari University of Oxford adalah penyidik ​​utama tekanan darah obat. Dalam ESC Congress 2020 kemarin, 31 Agustus 2020, ia melaporkan bahwa penurunan tekanan darah semakin besar dengan obat-obatan mengarah pada pengurangan risiko yang lebih besar serangan jantung dan stroke.

Kontroversi awal tentang kemanjuran pengobatan tekanan darah pada serangan jantung

Ada kontroversi tentang apakah obat tekanan darah menurunkan sama bermanfaatnya pada orang dengan versus tanpa serangan jantung atau stroke sebelumnya, dan ketika tekanan darah di bawah ambang batas untuk hipertensi (biasanya 140/90 mmHg). Bukti dari penelitian sebelumnya tidak meyakinkan, yang mengarah pada rekomendasi pengobatan yang kontradiktif di seluruh dunia.

 

Pengobatan tekanan darah terhadap studi serangan jantung: hasil

Penelitian ini melibatkan 348,854 peserta dari 48 percobaan. Para peneliti memeriksa dan menggabungkan data pada individu yang telah berpartisipasi dalam uji klinis acak dan melakukan meta-analisis. Peserta dibagi menjadi dua kelompok: mereka dengan diagnosis penyakit kardiovaskular sebelumnya dan mereka yang tidak. Setiap kelompok dibagi menjadi tujuh subkelompok berdasarkan tekanan darah sistolik pada awal penelitian (kurang dari 120, 120-129, 130-139, 140-149, 150-159, 160-169, 170 dan di atas mmHg).

Selama rata-rata empat tahun masa tindak lanjut, setiap penurunan 5 mmHg pada tekanan darah sistolik menurunkan risiko relatif kejadian kardiovaskular utama sekitar 10%. Risiko stroke, penyakit jantung iskemik, gagal jantung dan kematian akibat penyakit kardiovaskular berkurang masing-masing sebesar 13%, 7% dan 14% dan 5%.

Penelitian tersebut menegaskan bahwa baik adanya penyakit kardiovaskular maupun tingkat tekanan darah pada awal penelitian tidak mengubah efek pengobatan. Profesor Rahimi melaporkan keputusan untuk meresepkan obat tekanan darah tidak boleh hanya didasarkan pada a diagnosis penyakit kardiovaskular sebelumnya atau milik individu tekanan darah saat ini. Sebaliknya, obat tekanan darah harus dipandang sebagai alat yang efektif untuk mengurangi risiko kardiovaskular seperti kemungkinan serangan jantung.

 

BACA JUGA

Anda mungkin juga menyukai